MDA Nurul Huda
Featured Posts
-
Selayang Pandang
من اعتمد على ماله قل, ومن اعتمد على جاهه ذل, ومن اعتمد على عقله ضل, ومن اعتمد على الله لا قل, ولا ذل, ولا ضل.
Sesiapa orangnya yang bergantung pada hartanya maka dia kekurangan. Dan barang siapa mengandalkan kedudukannya ia akan hina. Dan barang siapa mengandalkan akal pikirannya ia akan sesat. Dan barang siapa mengandalkan pada Tuhannya maka ia tidak akan merasa kekurangan, tidak hina dan tidak tersesat.
-
Profil
Pondok pesantren Nurul Huda telah berdiri sejak tahun 1958 M. atas prakarsa the founding father Abuya Ahmad Damanhuri bin Arman dan kawan-kawan juga adik-adiknya yaitu:...
-
Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi
Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi sangat kesohor. Disebut al-Bantani karena ia berasal dari Banten, Indonesia. Beliau bukan ulama biasa, tapi memiliki intelektual yang sangat produktif menulis kitab, meliputi Fiqih, Tauhid, Tasawuf, Tafsir, dan Hadits. Jumlahnya tidak kurang dari 115 kitab....
-
MENGENANG SANG WALI QUTUB (ABUYA DIMYATI)
Alangkah ruginya orang Indonesia kalau tidak mengenal ulama satu ini. Orang bilang Mbah Dim, Banten atau Abuya Dimyati bin Syaikh Muhammad Amin. Beliau adalah tokoh kharismatik dunia kepesantrenan, penganjur ajaran Ahlusunah Wal Jama’ah dari pondok pesantren,...
Kamis, 13 Desember 2012
Nasyid Iftitah Haflah
MDA Nurul Huda
Rabu, 17 Oktober 2012
Keutamaan Bulan Dzulhijjah
Jumat, 14 September 2012
Adab Murid Terhadap Guru
- Mendahului salam dan penghormatan kepadanya.
- Tidak banyak berbicara di hadapannya.
- Tidak berbicara sebelum guru bertanya dan tidak bertanya sebelum mohon izin darinya.
- Tidak menyampaikan sesuatu yang menentang pendapatnya atau menukil pendapat ulama lain yang berbeda dengannya.
- Tidak mengisyaratkan sesuatu yang berbeda dengan pendapatnya sehingga engkau merasa lebih benar darinya.
- Tidak bermusyawarah dengan seseorang di hadapannya dan tidak banyak menoleh ke berbagai arah, tetapi sebaiknya engkau duduk di hadapannya dengan menundukkan kepala, tenang, penuh adab seperti saat engkau melakukan shalat.
- Tidak banyak bertanya kepadanya saat dia lelah atau sedang susah.
- Ikut berdiri ketika dia bangun dari duduk.
- Tidak bertanya ketika ia di jalan sebelum sampai di rumah.
- Tidak berburuk sangka kepada guru dalam tindakannya yang engkau anggap munkar secara lahir, karena pasti dia lebih memahami rahasia-rahasia dirinya sendiri.
- Berapa banyak di kalangan kita belajar karena ingin mudah bekerja dan mengumpul harta dunia nanti dengan sehelai ijazah?
- Berapa banyak pula yang belajar untuk menunjukkan diri lebih alim dan pintar dari orang lain?
- Berapa banyak pula yang belajar untuk menjadikan dirinya dipuji dan dihormati?
- Berapa banyak pula di kalangan kita yang belajar untuk mencari-cari kesalahan ulama terdahulu?
- Berapa banyak yang belajar untuk mencari bukti bahwa pendapat aku saja yang betul sedangkan amalan ummat Islam di seluruh dunia sebenarnya salah belaka?
- Berapa banyak pula menutut ilmu tanpa diniatkan langsung untuk kembali ke tempat masing-masing bagi berjuang menegakkan Islam?
- Berapa banyak di kalangan kita yang tidak berhati-hati memilih guru lantas belajar dengan orang yang tidak betul pemikirannya?
- Berapa banyak di kalangan kita yang belajar dengan guru yang tidak menjaga adab sebagai guru (mengutuk sana sini, mencerca alim ulama, tidak berakhlak dalam kata-kata maupun perbuatan dsb.)?
- Berapa banyak di kalangan kita belajar sesuatu ilmu bukan dari ahlinya (belajar Fiqih dari tukang ukur, belajar hadits dari ahli bahasa dsb.)?
- Lebih pelak lagi, berapa banyak pula yang belajar tanpa guru? Membaca sana dan sini, lalu mengambil faham sendiri daripada mengambil literatur tulisan para ulama.
- Berapa banyak dari kita yang mengetahui cara mengagungkan ilmu yang disebutkan oleh para ulama terdahulu?
- Berapa banyak di kalangan kita yang tidak menghormati kitab ilmu?
- Berapa banyak di kalangan kita yang meletakkan ilmunya sendiri di tempat yang rendah, lalu dengan gampang serampangan dijual-belikan dengan kepentingan dunia?
- Berapa banyak pula yang tahu adab sebagai seorang murid tetapi tidak tahu atau tidak mempraktikkan adab kepada guru?
- Berapa banyak yang tidak pula tahu membedakan antara meletakkan ilmu di tempat yang tinggi dengan takabbur atau menghina diri?
- Berapa banyak pula tidak menghormati para ulama agung, lalu diletakkan ulama itu setaraf dengannya dalam pemikiran dan pemahaman dengan alasan mereka jua manusia yang tidak maksum?
- Berapa banyak di kalangan kita yang terpengaruh dengan ucapan beberapa ustazd sekarang yang mencela dan dengan lantang mengkritik ulama silam, lalu merasa sangsi dengan para ulama itu?
- Berapa banyak di kalangan kita yang bermulut latah mengutuk deretan ulama yang sudah lama mengorbankan diri untuk perjuangan Islam?
- Berapa banyak pula yang bermulut latah terhadap para ulama terdahulu dan dengan sesuka hati mengatakan ulama terdahulu sesat, melakukan bid’ah, berfalsapah dalam bab Aqidah, dan pelbagai lagi kata nista?